Yus Design 2008 Allright Reserved

Aku Kayu Yang Tunggul.

Aku sedang menunggu sesuatu yang tidak pasti apa yang sedang ditunggu, secara tidak langsung mahupun langsung atau secara unpluggednya aku menjadi seorang penunggu,ya penunggu, tapi aku bukan tunggul yang tidak tahu arah mana yang harus kutuju, perlu kulalui, wajib kujalani. Malah aku juga bukannya pungguk kerinduan yang menunggu purnama jatuh ke riba, sedangkan sudah nyata sang purnama lagi senang tertunggu-tunggu terbitnya mentari siang untuk ditiduri. Argh! itu cuma bahasa romantis yang sudah diperi..

Pasti wujud persoalan bila memikirkan yang ditunggu itu samada akan sampai, bakal muncul, hendak kunjung, sedang datang, atau on the way atau apa apa saja yang boleh dihubungkan atau dikaitkan untuk diselaraskan dengan apa yang sedang ditunggu itu.. dan jawapannya hanya ada pada yang ditunggu-tunggu itu.

Apalagi yang ditunggu itu tidak diketahui bagaimana, dimana, bila, siapa dan kenapa ?? Samada berkaitan tentang masa, tentang perkara, tentang sesuatu, tentang seseorang, tentang aku, kamu dan dia atau tentang tentangan. Lagi memeritkan bila yang ditunggu itu tidak diketahui bagaimana situasinya, dimana keberadaannya, bila saatnya, siapa gerangannya, dan kenapa harus ku tunggu ?? Benarlah menunggu itu adalah satu penyiksaan walau hanya seminit sahaja memang sudah cukup penasaran. Apalagi berbulan.. kalau bertahun pula apa cerita ??

Jadi apa tunggu lagi ? Jangan tunggu sampai esok ! Eh.. tunggu dulu ! Nanti dulu.. Jika menunggu dikaitkan dengan sesuatu yang tidak enak atau tidak nyaman, bagaimana pula dengan yang ditunggu itu ? Adakah ia sedang menunggu juga, atau sedang tercari-cari, atau sedang senang lenang kerna tidak pernah memikirkan tentang apa yang berkaitan tentang tunggu dan menunggu itu. Argh!! (sekali lagi).. Tidak pula aku ketahui jawapannya!

Walaupun aku tidak tahu apa yang kutunggu, tapi aku harus pergi dari kawasan menunggu ini. Biarlah kawasan menunggu ini kosong tanpa aku. Tapi bagaimana pula jika yang ditunggu itu datang atau muncul disaat aku baru saja melangkah pergi? tetapi hanya kekosongan yang mengosongi kawasan menunggu itu ? Pasti dia akan tertanya-tanya dan tertunggu-tunggu.. Argh.. pedulikanlah ia, biarlah ia menunggu juga dan merasakan juga bagaimana menjadi seorang penunggu. Jika dia tidak tahan, pasti dia akan pergi juga seperti aku.

Oleh itu, alangkah baiknya jika aku pergi dulu.. lagipun bumi ini bulat, ada timur ada barat. Zaman sudah canggih, ada talipon ada internet. Kemana pun aku pergi, pasti akan bertemu juga dengan apa yang ditunggu itu. Jika ia masih berada dikawasan menunggu itu, aku pasti akan bertemunya disitu. Jika tidak disitu, pasti juga akan bertemu dimana mana titik antara timur dan barat yang kemudian secara rasminya akan dinamakan titik pertemuan. Itu jika ada jodoh, bukannya bodoh atau hodoh.

Tapi aku merasakan jika aku pergi dulu, terasa aku telah memungkiri , mengingkari, atau tidak menepati sebuah janji, ataupun cuba lari, cuba mengelak atau mungkin cuba menghindari sebuah kenyataan. Meskipun aku tidak tahu janji apa dan apa kenyataannya.

Bagaimana pula rasa yang ada pada yang ditungu-tunggu itu, pasti dia juga merasakan apa yang kurasa cuma ia… Argh !! Siapa yang tahu ??


Terlalu besar kemungkinannya, luas kebarangkaliannya. Walaupun sudah pasti infiniti adalah jawapannya, namun aku wajib juga membuat dan menunjukkan langkah kerja, step by step sama ada menggunakan teori algebra seperti e=mc² misalnya, untuk memperolehi markah penuh, tetapi terpaksa juga menunggu jawapannya daripada pemeriksa kertas soalan sehingga berbulan lamanya. Eh ! Apa kes ? Apa kaitannya dengan perkara yang sedang dan membuatkan aku seorang penunggu ? Argh !! Hanya aku yang tahu…

Semua persoalan ini, boleh saja menjadi sebuah naratif yang tidak bermotif dalam kehidupan kita. Namun jika konotasi dan denotasi ini di imiginasi lalu diterjemahkan dalam bentuk teks, dalam konteks buat motivasi diri dari pelbagai sisi ia bisa saja menemukan solusi yang.. Argh!! yang apa ??.... Argh !! Hanya aku dan Engkau yang tahu!
Photobucket
Bukan di Tg. Batu Keramat, Melainkan Yang Telah Kembali Ke Rahmatullah...

Yah! Hanya Engkau yang tahu mengapa aku menjadi seorang penunggu yang menunggu sesuatu yang tidak tahu apa yang sedang ditunggu. Semuanya terjadi dan berlaku beberapa bulan yang lalu. Pada waktu subuh ketika malam sudah jauh berlalu untuk berlabuh.“Wahai saudara ! Aku datang untuk mencabut nyawamu dari tubuhmu!” Eh ! tidak bukan begini kejadiannya ini hanya sekadar imaginasi yang memang sudah pasti akan datang dan tak perlu ditunggu-tunggu.


Jadi mengapa, bagaimana, dimana, siapa, dan kenapa aku menjadi penunggu ?? Yah! Tunggu Sekejap!! Atau tunggulah jawapannya nanti atau barangkali tetap setialah menunggu, kerna satu masa nanti kita pasti akan bertemu juga di pintu syurga.

Photobucket

5 Comments:

  1. Ez@ty C Hatibudak said...
    hee dasar kayu tunggul...alangkah ruginya dan adilnya sekiranya yus dan engkau adalah tunggul..moga2 tidak lah hendaknya ya...
    arifDesign said...
    seram jgk critamu jo.....
    hahahhahah.....
    cukup mndalam smpai ke dlm laut....
    bagaikan daun tiada tankai......
    layu tanpa ada peduli.....
    mununggu tanpa ada ditunggu.....
    tiada END_ingNya.....
    cukup....cukup....cukup....
    Tanpa Nama said...
    peduli dengan orang yang peduli, jangan peduli dengan orang yang tidak peduli, jadi jangan pedulikan dengan orang yang pedulikan kita dan pedulilah kau sana dengan yang dak pedulikan kita..
    Tanpa Nama said...
    Siapa yang peduli dengan tunggul ??? Sepak terajang tetap juga tunggul namanya !!
    LuV tunggul said...
    tunggul dan bonggol tak sama, tunggul menyusahkan, bonggol pun sama tapi ada
    kebaikannya. antara tunggul dan bonggol, aku pilih utk menunggu bonggol, sbb menunggu tunggul sama mcm menjadi tunggul yg kayu, bonggol pula sentiasa menunggu, x perlu ditunggu. sebab bonggol ada di mana2 di jalanraya..
    hidup bonggol.. hahaha
    yuz ko memang tunggul kayu .. hahaha :P

Post a Comment



Catatan Terbaru Catatan Lama Laman utama